Perkuliahan kedua PerSik berlangsung kemarin melalui Zoom Meeting dengan narasumber Teh Prita atau dikenal juga dengan Unda dari Alunan Bunda. Bersyukur sekali saat pertemuan daring, tidak berbenturan dengan rapat atau acara lain di kantor. Menunggu pengajuan judul skripsi mahasiswa saja, yang untungnya datang setelah waktu kuliah akan berakhir.
Banyak hal yang memunculkan inspirasi dalam penanganan kejadian yang saya alami setiap harinya. Terutama pada bagian cara mengatur lintasan pikiran negatif. Saya sempat bertanya lewat chat box kepada Teh Prita, selama ini yang saya pahami tentang lintasan pikiran itu mestinya dibuang jauh-jauh agar tidak berkembang ke arah lintasan pikiran negatif dan malah jadi doa.
Narasumber menjawab bahwa justru dengan mengenali dan menuliskan lintasan pikiran negatif, akan lebih efektif untuk membuangnya jauh-jauh ketimbang tidak menyadarinya dan membiarkannya. Jadi penting untuk mengelola lintasan pikiran ini ya. Sebuah pemikiran baru bagi saya.
Tabel Lintasan Pikiran
Diolah sendiri dengan Canva |
Sempat terlintas pikiran negatif wah enak ya jadi paksu, pulang-pulang langsung tiduran kayak gak ada beban. Padahal saya juga tahu kalau beliau setelah rehat sejenak akan mengajak kami (kalau saya sudah selesai masak), atau bareng anak-anak saja, ngabuburit sembari cari penganan berbuka. Demikian selanjutnya untuk dua kejadian lainnya sebagaimana yang dicantumkan dalam tabel.
Peristiwa yang tidak menyenangkan yang bisa diatasi akan menjadi kompetensi
Ini quote menarik yang saya peroleh dari materi Teh Prita. Begitu banyaknya peristiwa tidak menyenangkan yang saya alami namun ketika sudah berhasil mengatasinya Alhamdulillah menjadi kompetensi. Sebaliknya peristiwa tidak menyenangkan yang tidak berhasil diatasi akan menjadi trauma.
Di sini saya berusaha belajar agar kejadian-kejadian yang saya alami dapat saya atasi dengan baik agar ke depannya menjadi kompetensi dan tentunya mampu saya praktikkan untuk mengasuh anak-anak saya. Ego state sebagai seorang dewasa mestinya belajar mengelola pikiran, baik itu lintasan pikiran negatif ataupun yang positif.
Kesimpulan
#mindfulnessjourney
#PerSikIIP
#institutibuprofesional
#ibupembaharu
#darirumahuntukdunia
#ibuprofesionaluntukindonesia
#BersinergiJadiInspirasi
#IP4ID2023
Wah bagus sekali acaranya. Selain positif, ada banyak manfaat yang bisa diambil dari acara seperti ini 😍
BalasHapusMengenai kejadian dari permasalahan pertama kak, anak kami Hishshah pernah berkomentar:
BalasHapusBagi Hishshah, perempuan ini kayak pembantu di rumah laki-laki.
Eeeh awak jadi takut dia ngomong begitu. Trus bilang, melalui pekerjaan rumah sebenarnya dikerjakan bersama. Itu tanggung jawab berdua. Kalo cuma istri yang ngerjain, melalui itu mengharap ridho Allah InsyaAllah balasannya pahala. Siapa tau dengan Ridho Allah itu bisa selamat dari neraka.
Sepakat banget kita wajib banget untuk belajar mengelola pikiran untuk lintasan pikiran negatif maupun positif agar kedepannya kita makin lebih baik lagi ya
BalasHapusMasyaAllah senangnya saya juga jadi dapat insigight nih tentang bagaimana mengelola segala lintarasan pikiran yang tadinya negatif menjadi positif dengan melihat sisi baiknya. Aih, contoh di poin pertama tuh yang nggak jarang memengaruhi, apalagi saya kan kerjanya mandiri di rumah ya, sudah begitu tanggung jawab domestik pun seolah nggak ada habisnya. Tapi sebenarnya saya tengah dilatih buat naik kelas sih ya. Makasih banyak Mba.
BalasHapusWah jadi tahu materi soal mengenali bagian dari diri...makasih sudah berbagi Kak Mia. memang ya, lintasan negatif seringkali ada, dan nyatanya lebih kuat sehingga pecah perang dunia haha. Makasih reminder-nya
BalasHapusSama-sama kakk, emang buat nekan lintasan negatif dalam diri butuh effort banget
HapusJadi ingat pemahaman saya juga kadang begitu. Suka menyangka enak banget dia bisa melakukan ini itu... Padahal kita ga tahu bagaimana mereka juga pontang panting sebelumnya. Seharusnya pikiran negatif seperti itu jangan dibiarkan bersarang di pikiran kita ya
BalasHapusJadi mikir tentang pikiran negatif saya sendiri.
BalasHapusYang terpikir itu bukan tentang 'enaknya dia bisa begini begitu...', saya lebih ke kekhawatiran yang tak beralasan yang sering muncul.
Khawatir pada keselamatan suami dan anak-anak.
Kekhawatiran terhadap diri sendiri yang belum maksimal dalam hal ini dan itu.
Apalagi kalo hipertensi sedang kambuh, wahh pikiran jelek langsung datang, gimana kalo saya 'lewat' kali ini. Amalan saya masih amburadul, yang begitu-begitu de mba Mia...
Cara mengatasinya untuk saat ini hanya banyak istighfar dan berusaha cuek atau mengalihkan perhatian sendiri ke hal-hal lain. Ngerjain kerjaan rumah, baca-baca buku, atau nonton lapor pak kwkwkwkwkwk hust!
BalasHapusWah ternyata saya sudah sering melewati fase itu. Pulang kerja capek, pengen rebahan aja, eh harus cuci baju, masak persiapan besok pagi bersih bersih rumah.
BalasHapusHal itu terkesan menjengkelkan dikerjakan tiap hari. Tapi kali nggak dicandak bakal keteteran sampai esok harinya