Tantangan menulis artikel blog dari Komunitas ISB berlanjut ke bulan Januari-Februari 2023. Tema hari kedua yaitu:
Pilihan untuk merasa beruntung, tidak tersakiti dan tidak dirugikan dalam moment yang sebenarnya tidak sedang berpihak pada kita. Contohnya: Saat diundang acara tidak dapat fee, lalu kamu dinomor sekiankan dibanding makro influencer dan media. Tapi kamu memutuskan tetep datang dengan angle niat akan dapat ilmu, kenalan sama orang2 hebat dan mencari opportunity dari orang2 yang hadir. Contoh lain: Saat dikritik, emang bete tapi kalau milih buat belajar lagi itu lebih baik bukan?
Untuk membaca tema hari pertamanya, kamu bisa mengekliknya di sini.
Satu waktu dari kampus saya ditugaskan mewakili pusat studi menghadiri sebuah acara. Saya adalah salah satu dari enam anggota di pusat studi tersebut. Disclaimer dulu ya, artikel ini tidak mendiskreditkan siapapun dan apapun, hanya berupa pemaknaan hidup dari saya atas pengalaman yang terjadi, lantas dikaitkan dengan tema hari ini.
Diminta Menghadiri Seminar Nasional
Waktu itu saya diminta ketua pusat studi untuk menghadiri seminar nasional bertajuk Seminar Perlindungan Hak Pekerja Perempuan di kota kami. Saya menyambutnya dengan antusias, apalagi narasumbernya terdiri dari para pakar di bidang perlindungan perempuan, ahli ketenagakerjaan, dan pemangku kebijakan.
Saya mengikutinya dengan bersemangat, saya mengajukan pertanyaan pada sesi interaktif, mempertanyakan bagaimana peraturan perundang-undangan yang menangani permasalahan hak-hak pekerja perempuan sudah ketinggalan zaman, tertinggal jauh dibandingkan perkembangan isu terkini di bidang pengarusutaamaan gender.
Esoknya rekan saya sesama anggota menghubungi dan mempertanyakan kegiatan seminar, saya menjawab apa adanya. Ia lalu berbagi cerita mengenai kondisi yang jauh dari ideal di lembaga kami.
|
Ilustrasi menghadiri seminar di hotel / sumber gambar: Babel Pos |
Tidak Ada Uang Transport
Biasanya diterbitkannya surat tugas untuk mewakili lembaga, pastilah bersamaan dengan uang transport yang sudah ada tabel standarnya. Misalnya dalam kota berapa ratus rupiah, luar kota berapa juta, semua lengkap diatur dengan tertib oleh universitas.
Rekan saya itu menyayangkan mengapa kami yang para anggota lembaga jika diminta menghadiri seminar, tidak ada uang transportnya. Sementara sang ketua ada uang transportnya, apa karena ketua lebih besar tanggung jawabnya, demikian kami menjaga prasangka.
Tidak Diutus ke Luar Pulau
Selain hanya diminta menghadiri seminar nasional yang berlokasi di dalam kota, kami juga hampir tidak pernah mewakili pusat studi untuk acara di luar provinsi, apalagi luar pulau, itu sudah pasti porsinya ketua. Bahkan beliau mondar-mandir keluar negeri menjadi utusan lembaga dalam konferensi di tema studi kami.
Kami mendengarkan sharing beliau lewat rapat-rapat koordinasi lembaga, dan rencana ia akan pergi lagi di event berikutnya, baik yang di luar negeri maupun yang di luar pulau.
Saya pribadi sama sekali tidak keberatan mengingat masih punya balita yang sekiranya ditinggal berhari-hari kasihan juga. Justru dengan porsi tugas berseminar di dalam kota menjadi suatu kesyukuran bagi saya.
Tidak Dilibatkan dalam Tim Pengabdian Masyarakat
Suatu saat ada penugasan dari lembaga pengabdian masyakarat, kepada pusat studi kami untuk melaksanakan pengabdian masyarakat yang diusulkan. Kebetulan proposalnya lulus. Namun sayang hanya ketua, sekretaris dan bendahara saja. Sementara para anggota dipersilakan menyusun usulan abdimas sendiri.
Tidak dilibatkan dalam tim pengabdian masyarakat penugasan lembaga, saya pun tak ingin membuang masa, sesegera mungkin membuat proposal dengan menggandeng teman yang bisa diajak bekerjasama, Alhamdulillah usulan kami lulus dan didanai, dengan saya sebagai ketua timnya. Senang sekali.
Pilihan Sikap yang Membuat Saya Tetap Merasa Beruntung
Tak semua kondisi sesuai dengan ekspektasi. Ada kalanya jauh panggang daripada api. Yang bisa dilakukan adalah mengubah sikap saya dengan memilih sikap yang positif sesaat itu juga. Jadi teringat dengan istilah personal agility.
Personal Agility adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa harus kehilangan keseimbangan. Sepertinya di masa seperti sekarang ini setiap orang harus melatih
personal agility-nya.
Ada slogan lucu dari kala Youtube Sobat Missqueen, "Mengeluh itu gak ada duitnya" Ahaha... benar sekali ya. Ketimbang saya berkeluh kesah, lebih baik saya fokus ke kebahagiaan diri sendiri saja.
1. Tidak ada uang transport? No problem
Orang tua saya menanamkan agar tidak bermental miskin. Artinya untuk sekadar uang transport ya pasti ada di dompet saya. Tidak pernah menyandarkan jadi pergi atau tidak hanya gara-gara tidak punya uang transport, terlebih ke majelis ilmu seperti seminar nasional.
Yakinlah rezeki tak hanya uang dari seminar nasional itu. Di sana saya berkesempatan belajar langsung dari para pakar. Berkenalan dengan teman-teman aktivis buruh perempuan yang mustahil bisa saya temui jika saya berada di menara gading bernama kampus. Masih banyak lagi hikmah berserakan yang bisa saya punguti dan dijadikan pelajaran hidup untuk menambah kebijaksanaan.
2. Tidak mewakili lembaga ke luar pulau? No Cry!
Sebagaimana yang saya ungkapkan di bagian atas, ibu bekerja yang masih mengurusi balita seperti saya, pastinya sangat berterima kasih jika tidak disuruh-suruh bolak-balik ke luar provinsi. Hanya dalam kota saja, trus bisa ketemu wajah anak tercinta, itu yang lebih membahagiakan.
3. Tidak diikutkan ke dalam tim? Bikin sendiri saja
Beberapa kali mengetuai tim penelitian dan pengabdian masyarakat, saya memperoleh sejumlah pengalaman berharga, salah satunya menjadi lebih rapi dalam memanajeri suatu kegiatan. Mengatur waktu, dan mengelola keuangan tim. Semuanya harus bisa diselesaikan tepat waktu dan minim kesalahan.
Maka ketika mengetahui nama saya tidak disertakan, saya dengan sigap membentuk tim sendiri dan bersyukur sekali, lulus dalam kompetisi hibah internal universitas. Sungguh Allah SWT tidak pernah membiarkan hamba-Nya yang berusaha untuk berbaik sangka di segala situasi.
Kesimpulan
Yakin bahwa rezeki tak hanya uang saya alami sendiri. Rezeki memperoleh ilmu langsung dari pakarnya, menambah jejaring relasi dengan teman-teman sesama peserta seminar yang datang dari berbagai kalangan, bisa langsung pulang ke rumah dan berjumpa dengan anak ketika hadirnya hanya di dalam kota. Dan lulus hibah internal sebagai ketua tim ketika nama tidak diikutkan dalam tim pengabdian masyarakat.
Demikian cerita saya kali ini, nantikan artikel selanjutnya ya, terima kasih.
Salam.
Betul sekali. Banyak bentuk rezeki dari Tuhan selain uang. Untuk dapat melihat bentuk- bentuk rezeki itu, yang perlu kita miliki adalah selalu bersyukur.
BalasHapus