Pentingnya adab sebelum ilmu bagi siapapun yang berstatus pelajar, santri, mahasiswa, pembelajar di strata berapa pun. Sebab tanpa adab maka tak akan pernah sampai kepada ilmu yang benar.
Membahas topik adab sebelum ilmu ini saya membuka kembali kitab lama zaman nyantri di pesantren dahulu. Kitab kuning populer bagi pemula mengenai adab menuntut ilmu, Ta'limul Muta'allim karya ulama besar dari Arab, Syeikh Burhanuddin Az Zarnuji.
Dulu saya pelajari di kelas I'dadiy (setara kelas 1) di Pondok Pesantren Aji Mahasiswa Al Muhsin, Krapyak Wetan, Yogyakarta. Pagi dan malam belajar kitab kuning, siang hingga sore kuliah di UGM. Mudah-mudahan sebagai ikhtiar meraih ilmu pengetahuan duniawi namun tak melupakan ilmu agama untuk kebaikan dunia dan akhirat.
Kitab tersohor ini dialihbahasakan oleh KH. Aliy As'ad (Alm.) pengasuh Pondok Pesantren Nailul Ula, Sleman, Yogyakarta. Meski di kelas belajar menerjemahkan tulisan arab gundul Arab Pegon (Jawa), namun saya merasa waktu belajar secara sorogan (belajar langsung dengan Pak Kyai) sangat kurang.
Ditambah mesti mengerjakan tugas-tugas kuliah pada malam harinya. Akhirnya saat main ke toko buku saya melihat ada buku terjemahan Ta'lim Muta'allim ini di lapak buku. Mata saya berbinar melihatnya, langsung saya beli dan simpan hingga kini. Merasa ketemu harta karun!
Adab Ibarat Jalan Menuju Ilmu
Menurut KH. Aliy As'ad dalam komentarnya di dalam buku terjemahan buku ini, adab itu ibarat jalan menuju ilmu pengetahuan. Berbeda dengan yang saya ketahui selama ini, al adabu fauqol 'ilm, adab itu di atas ilmu atau adab sebelum ilmu.
Adab itu Di Atas Ilmu
Dikisahkan bahwa sahabat sekaligus menantu Rasulullah SAW, Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah (KW), suatu waktu telat salat berjamaah di masjid. Pasalnya ia tidak ingin mendahului seorang tua renta yang berjalan lambat di depannya.
Ternyata setelah tiba di depan masjid kakek tua itu tidak berbelok ke baitullah itu, namun lurus saja. Belakangan diketahui bahwa ia penganut Nasrani. Qadarullah, Ali tidak terlambat salat berjamaah, imam tetap rukuk dan matahari tidak beranjak dari tempatnya.
Demikianlah penghormatan terhadap adab, hingga Imam Malik Rahimahullah mengatakan:
Orang berilmu belum tentu beradab, namun orang beradab sudah pasti berilmu
Menyambung penjelasan dalam buku Bimbingan Bagi Para Penuntut Ilmu, adab adalah jalan kepada ilmu.
Keliru Mengambil Jalan Maka Keliru Tujuan
Jika kamu ingin ke Medan naik pesawat terbang dari Jakarta, namun harus transit di negara Malaysia, lalu setelah itu naik pesawat berikutnya ke Medan, itu sudah benar. Hanya saja untuk sampai ke kota di dalam negeri sendiri masa' sih harus singgah keluar negeri dulu.
Rutenya bisa menempuh langsung pesawat Jakarta-Medan. Namun kedua-duanya bisa mengantarkan kamu ke kota Medan, kan. Sudah benar. Tetapi jika kamu membeli tiket ke Makassar, maka jalan yang kamu ambil keliru. Kamu tetap berhasil menaiki pesawat terbang, sampai ke kota lain, namun itu bukan Medan. Maka tujuan tidak tercapai. Kira-kira begitu analoginya.
Kuasai dengan baik jalan menuju pada kesuksesan orang-orang berilmu barulah menuntut ilmunya. Jika tidak, alamat diri akan tersesat, tak pernah sampai ke tujuan.
Maka menempuh jalan yang tepat adalah suatu keharusan dalam menuntut ilmu. Jangan abaikan jalan jika ingin tiba di tujuan yang diinginkan sesuai harapan. Ingin meraih doktor namun tak kunjung menapaki jalan menuju ke sana, maka yang ada hanyalah angan-angan belaka.
Bagaikan Keledai Memikul Beban
Perumpamaan orang yang berilmu namun tidak punya adab bagaikan keledai memikul beban berat di punggungnya. Ia hanya sebagai penanggung beratnya barang-barang di punggung tanpa memperoleh manfaat apapun bagi otaknya. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam Alquran Surat Al Jumu'ah (62) ayat 5, meski tidak sama persis kalimatnya.
Ahli ilmu yang berjilid-jilid kitab dalam kepalanya namun tiada adab tertanam dalam sikap dan lisannya, maka sia-sialah semuanya. Malah menyeret pada kehinaan.
Ada pesan ibunda Malik bin Anas ketika pamit akan pergi menuntut ilmu kepada Rabi'atur Ra'yi, seorang cendekiawan ternama di masa itu, yang menjadi tujuan utama para penuntut ilmu di zamannya.
"Nak, jika kau sudah bertemu dengan Rabi'atur Ra'yi, pelajari adabnya. Jika tak kau jumpai adab dalam dirinya, maka tidak perlu kau buang-buang waktu belajar padanya."
Sungguh, tak akan bermanfaat ilmu setinggi apapun, jika tidak ada adab di dalamnya. Parahnya lagi jika ilmu hanya setitik nila plus tiada adab.
Hal-hal ini harus diperhatikan dalam adab menuntut ilmu:
- Niat menuntut ilmu
- Memilih teman yang rajin
- Tabah dalam belajar
- Memuliakan ilmu dan guru yang mengajarnya
- Sungguh-sungguh dalam meraih cita-cita
- Belajar secara terus menerus
- Mengorbankan sebagian harta untuk meraih ilmu
- Mengurani makan untuk belajaryang lebih efektif
- Menghindari perdebatan tanpa ujung
- Menguatkan hafalan dan pemahaman
Sebenarnya masih banyak lagi poin-poin yang bisa disarikan dari kitab Ta'limum Muta'allim, namun biarlah yang sedikit ini menjadi pengingat saya untuk teguh di jalan yang tepat menuntut ilmu.
Kesimpulan
Pentingnya adab sebelum ilmu sangat berpengaruh dalam kesuksesan seorang pembelajar. Adab itu ibarat jalan menuju sukses. Jika adabmu baik maka kau akan sampai di tujuan yang benar sebagaimana yang dicita-citakan.
Jangan berhenti belajar, teruslah berenang di samudera keilmuan hingga tiba ke tepi impian orang-orang berilmu sekaligus berakhlak.
Salam pembelajar
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak, karena komentar Anda menjadi jejak digital di dunia maya